Selama berpuluh-puluh tahun, Pulau Jawa telah menjadi panutan sekaligus pusat dari pertumbuhan ekonomi nasional. Tapi di masa yang sulit akibat pandemi ini, terdapat pulau di Indonesia yang begitu bercahaya. Ia berada di Timur Indonesia, kini pulau tersebut menjadi barometer pertumbuhan ekonomi nasional. Tepatnya di ketiak Pulau Sulawesi yakni Morowali.
Di sana, terdapat kawasan industri yang berkembang pesat dan telah berkontribusi bagi daerah maupun Indonesia. Adalah PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang bergerak di bidang smelter nikel. Mengapa sampai pada akhirnya smelter ini menjadi barometer pertumbuhan ekonomi nasional?
“Pengaruh ekonomi yang dirasakan sangat besar, salah satunya adalah keberadaan investasi di Kabupaten Morowali. Jadi, peluang usaha bagi masyarakat sangat terbuka lebar saat ini,” menurut Rusli Baco Daeng Palabbi, Wakil Gubernur Sulawesi Tengah.
Apalagi, perusahaan tersebut sedang dalam tahap membangun pabrik baterai nikel kobalt dengan teknologi HPAL serta pabrik daur ulang baterai lithium. Dari proyek tersebut, investasinya mencapai US$ 3 miliar atau setara Rp 43,5 triliun.
Maka dari itu pemerintah Indonesia terus menggenjot hilirisasi mineral untuk komoditas nikel. Hal ini berkaitan dengan mendorong penambahan nilai tambah pada produksi dalam negeri. Sedangkan pembangunan smelter berteknologi HPAL difungsikan agar pabrik dapat menyerap nikel berkadar rendah.
Lantas, poin apalagi yang menjadikan kawasan industri Morowali menjadi barometer pertumbuhan ekonomi nasional?
Rupanya mampu membentuk area di kawasannya menjadi ‘subur’. Pertumbuhan ekonomi terdampak cukup signifikan, seperti terbentuknya kota baru, tersedia dan berkembangnya infrastruktur baru, munculnya kawasan pertumbuhan ekonomi baru, dan terjadi peningkatan standar hidup masyarakat adalah beberapa bukti nyata pertumbuhan ekonomi di kawasan industri Morowali.
Tak hanya itu, menurut bidang akademisi yakni melalui penelitian yang diterbitkan oleh Dosen Faculty of Social and Political Sciences Halu Oleo University yakni Suriyani BB dan dirilis pada April 2019, dijelaskan bahwa keberadaan perusahaan tambang membuat fasilitas daerah menjadi lengkap. Seperti masjid, jalan, lampu penerangan, dan sarana pendidikan.
Di dalam penelitian tersebut, disebutkan bahwa perusahaan tambang membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut dimanfaatkan dengan membuka usaha mikro seperti kios, warung kelontong, warung makan pinggiran, konter pulsa, industri bisnis kecil di bidang makanan, jasa, bahkan pengrajin.