Masyarakat sekitar kawasan IMIP merasa diuntungkan atas kehadiran kawasan industri pengolahan nikel tersebut. Kehadiran kawasan IMIP dirasakan membawa pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Menurut Arifudin salah satu warga Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, yang ditemui pada Senin, (9/11/2020), menyebutkan bahwa masyarakat sekitar kawasan IMIP mendapatkan keuntungan dari kehadiran kawasan industri tersebut.
Arifudin menyatakan bahwa dengan kehadiran IMIP ternyata membawa perubahan dengan terbentuknya kota baru, ketersediaan dan berkembangnya infrastruktur baru, munculnya kawasan pertumbuhan ekonomi baru, sehingga terjadi peningkatan standar hidup masyarakat.
Disamping itu, hadirnya pertambangan nikel dapat membuka kesempatan pembangunan dan adanya pemanfaatan infrastruktur yang terbangun oleh tambang termasuk salah satunya pembangunan pembangkit listrik dan lainnya.
Kemudian lanjut Arifudin, kawasan IMIP membuka kesempatan dalam pemanfaatan dan pengembangan local content dan local supplier, peningkatan pengetahuan penduduk, pengembangan teknologi baru, dan adanya bantuan pendidikan.
Selain itu kehadiran industri pengolahan nikel di wilayah Kecamatan Bahodopi tersebut dapat menyerap tenaga kerja lokal dan bahkan nasional, pungkas Arifudin. Hal ini dibuktikan dengan adana politeknik industri logam Morowali.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, empat pabrik nikel kobalt berteknologi HPAL (High Pressure Acid Leaching ) dan pabrik daur ulang baterai lithium akan dibangun di kawasan IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park) dengan total investasi mencapai US$3 Miliar atau sekitar Rp43,5 Triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).
Pemerintah Indonesia terus mendorong hilirisasi mineral, termasuk nikel, demi mendorong nilai tambah dari produksi tambang di dalam negeri. Tidak hanya nikel saja, tapi berlaku pada senha mineral yang dimiliki ole Indonesia.
Pembangunan smelter dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) juga didorong agar bisa menyerap nikel berkadar rendah (limonit).