Sebagai langkah lanjut dari upaya meningkatkan kerja sama antara Indonesia dan Papua Nugini (PNG) dalam bidang hilirisasi, kelistrikan, pendidikan, konektivitas, serta infrastruktur, Duta Besar (Dubes) PNG, H.E Simon Namis mengunjungi PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, Sulawesi Tengah. Kunjungan ini juga melibatkan perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Republik Indonesia.
Dubes PNG, Simon Namis menyatakan tujuan utama kunjungan lapangannya adalah untuk memahami secara langsung kondisi hilirisasi pertambangan di Indonesia. Hal ini menjadi bagian dari bentuk realisasi percepatan kerja sama antara pemerintah Papua Nugini dengan Pemerintah Republik Indonesia.
Dalam kunjungan tersebut, Dubes PNG secara langsung menyaksikan operasional smelter yang dimiliki oleh sejumlah tenant di kawasan industri IMIP, seperti PT ITSS, PT IPRT, dan PT QMB New Energy Materials.
Kunjungan ke PT ITSS memberikan Dubes PNG gambaran tentang proses pengolahan nikel menjadi stainless steel. Selain itu, ia juga melihat proses pembuatan Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil (CRC) untuk memahami tahapan produksi lebih lanjut.
Ketika mengunjungi smelter milik PT QMB, Dubes PNG menerima penjelasan tentang inovasi pengolahan nikel menjadi battery cells, battery pack, module battery, dan paket baterai energi terbarukan untuk kebutuhan electric vehicle (kendaraan listrik).
Selain aspek hilirisasi, kunjungan Dubes Simon Namis juga mencakup aspek pendidikan dan ketenagakerjaan. Ia berkunjung ke Politeknik Industri Logam Morowali (PILM) di Desa Padabaho, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali.
Dubes PNG melihat kontribusi PT IMIP yang dianggapnya sebagai salah satu pilar penting dalam pengembangan pendidikan dan penyerapan tenaga kerja lokal yang siap dipekerjakan setelah lulus.
Sementara itu, Agus Suprihadi, Koordinator Bidang Hilirisasi Mineral dan Batubara Kemenko Marves, menegaskan bahwa pemerintah Indonesia akan terus mendukung peningkatan kerja sama dengan pemerintah Papua Nugini, terutama dalam sektor hilirisasi pertambangan.
“Seperti di Indonesia, Papua Nugini juga memiliki sumber daya alam nikel yang melimpah. Saat ini (Papua Nugini) masih melakukan ekspor nikel mentah. Diharapkan, dengan kunjungan (ke IMIP) ini bisa menjadi percontohan untuk diterapkan hilirisasi di negara itu,” ungkap Agus dikutip dari laman resmi PT IMIP.
PT IMIP dipilih pemerintah Papua Nugini karena kawasan industri ini dianggap sebagai pelopor dalam hilirisasi industri pertambangan di Indonesia dan salah satu yang terbesar di Asia.
Dengan demikian, kerja sama ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat bagi kedua negara tetapi juga menjadi contoh positif bagi negara-negara lain yang ingin mengembangkan sektor hilirisasi.