Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menjadi smelter nikel di Indonesia peringkat pertama menyalip dua smelter nikel lainnya di Indonesia yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Walaupun disokong oleh investor China yakni Tsingshan Group, PT IMIP Morowali tetap menjadi smelter nikel di Indonesia yang cepat dapat mengambil keputusan untuk segera dapat mengeksekusi kajian dan perencanaannya. “IMIP keputusannya sangat cepat, setelah evaluasi komprehensif dilakukan, keputusan finalnya terletak pada seorang pemegang saham terbesar yang berkuasa penuh yaitu Tsingshan Group,” papar praktisi tambang dan smelter nikel, Arif S. Tiammar.
Arif menambahkan, keunggulan yang dimiliki PT IMIP Morowali yakni berangkat dari produsen stainless steel. “Sebagai produsen sekaligus pemasar stainless steel, Tsingshan tahu persis peta kebutuhan nikel dan pasar di ujung,” imbuh Arif.
Arif memproyeksikan, peta persaingan produsen smelter nikel di Indonesia akan semakin dinamis sekaligus kondusif selama beberapa tahun ke depan. Perusahaan smelter akan semakin beragam, terutama didorong oleh pengembangan teknologi untuk menopang bahan baku baterai mobil listrik.
Dirinya menjelaskan, teknologi yang digunakan nantinya juga berkembang. Tidak hanya berjenis RKEF dan Blast Furnace yang berbasis pirometalurgi. Namun akan digunakan leaching plant (HPAL dan AL) yang berbasis hidrometalurgi.
“Selama ini RKEF dan BF hanya mengolah bijih nikel saprolit yang berkadar tinggi. Dalam waktu dekat, tidak tertutup kemungkinan ada RKEF atau BF akan mengolah bijih nikel kadar rendah (limonit),” katanya.
Pergeseran hasil produksi smelter pun juga akan semakin berkembang dan beralih untuk penggunaan ion lithium (LiB), tidak didominasi oleh stainless steel. Dalam waktu dekat, akan bermunculan pemain LiB di industri smelter serta leaching plant.
Tercatat, 50% produk setengah jadi (intermediate product) menurut peta industri hilirisasi nikel dikuasai oleh PT IMIP Morowali sejak tahun 2018.
Secara keseluruhan, lebih dari 90% produk smelter Indonesia masih berupa produk berbasis NPI (Nickel Pig Iron). Diharapkan industri hilirisasi nikel semakin kompetitif dan menjanjikan, baik untuk pengembangan industri berbasis stainless steel maupun untuk industri baterai.
Ke depan, pembangunan smelter nikel di Indonesia akan mulai beragam. Dikonfirmasi sudah ada enam perusahaan yang akan membangun smelter nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Keenam perusahaan yang membangun HPAL tersebut adalah PT QMB, PT Huayue, PT Halmahera Persada Lygend, PT Adhikara Cipta Mulia, PT Smelter Nikel Indonesia, dan PT Vale Indonesia.
Dari keenam smelter HPAL Indonesia tersebut, kelima diantaranya beroperasi pada tahun 2021.