Keberadaan TKA (Tenaga Kerja Asing) di kawasan industri Morowali yakni PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) memang benar keberadaannya. Namun, perlu diketahui lebih lanjut, perusahaan smelter nikel tersebut sedang berupaya untuk serap tenaga kerja Indonesia (TKI) lebih banyak.
Menurut CEO PT IMIP, Alexander Barus, smelter tersebut ditargetkan akan dipenuhi oleh tenaga kerja Indonesia. Saat ini, di PT IMIP terdapat 4.500 TKA, sedangkan untuk TKI di kawasan industri Morowali terhitung sebanyak 40.000 pekerja.
IMIP mentargetkan serap tenaga kerja Indonesia lebih banyak dan hanya menggunakan TKA sebesar 6% dari total pekerja. Dan, jika target 6% dapat terealisasi, maka IMIP berhasil mewujudkan prinsip 3T yakni transfer of knowledge, transfer of skill, dan transfer of technology.
Oleh sebab itu, kawasan industri Morowali membangun Politeknik Industri Logam Morowali guna serap tenaga kerja Indonesia lebih banyak. Dengan adanya politeknik tersebut, diharapkan dapat melahirkan anak bangsa yang akan berkontribusi dalam industri pembangunan di Tanah Air, khususnya dalam industri logam.
Alexander juga memaparkan bahwa berhasilnya Morowali dalam pembangunan ini berhasil berkat kerjasama dari seluruh elemen di kawasan industri Morowali. Kesinergian antara elemen turut menyokong fondasi keberhasilan PT IMIP. Apalagi ditambah dengan teamwork yang solid, investor pada akhirnya menilai kinerja positif dari PT IMIP sebagai smelter nikel bermutu baik secara kinerja dan produksi yang dihasilkan.
Sebagai informasi, kini sebanyak 11 smelter telah beroperasi di PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Dengan kapasitas 40 line, perusahaan ini dapat menghasilkan sekitar 450.000 nikel ore per tahun. Pabrik-pabrik tersebut memproduksi nikel pig iron, stainless steel, hot rolled coil, dan cold rolled coil. Capaian ini diakui oleh Alexander Barus didorong dengan adanya fasilitas pabrik yang lengkap, memadai, serta iklim investasi yang kondusif.